lumbunghijau.com_Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo menjadi salah satu TPA terbesar di wilayah Surabaya dan Jawa Timur. Setiap harinya, tempat pembuangan akhir ini menerima limbah sampah domestik dari sekitar 190 TPS (Tempat Pembuangan Sementara) yang tersebar di Surabaya. Kini, TPA tidak hanya menjadi penampungan sampah saja, tetapi sudah menciptakan perubahan yang signifikan bagi lingkungan di Surabaya. Salah satunya adalah pengolahan sampah menjadi energi listrik.
Tempat pemrosesan akhir (TPA) Benowo terletak di Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya, Jawa Timur. Kini tempat pembuangan sampah ini tidak hanya berfungsi sebagai TPA tetapi juga sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). PLTSa Benowo ini merupakan PLTSa pertama dan terbesar di Indonesia.
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Benowo telah dikembangkan sejak tahun 2012 oleh Pemkot Surabaya. PLTSa Benowo diresmikan pada tahun 2021 dan menjadi PLTSa pertama dan terbesar di Indonesia.
Dikutip dari laman resmi PU Cipta Karya, Sampah di TPA Benowo akan diolah menggunakan Gasifikasi sebesar 1000 ton/hari untuk menghasilkan listrik 9 MW dan sisanya menggunakan Landfill Gas untuk menghasilkan 2 MW listrik. TPA Benowo yang terletak di Romo Kalisari, Benowo, Kota Surabaya dengan total luas landfill sebesar 37, 4 ha, menampung limbah sampah dari Kota Surabaya dengan kapasitas sebesar 1500 ton/hari.

Jika diilustrasikan,kebutuhan rata-rata per rumah tangga, mengkonsumsi sekitar 1 hingga 2 kWh listrik per jam. Maka, dengan 1 MWh akan dapat memasok listrik ke sekitar 500 hingga 1.000 rumah tangga selama satu jam. Berdasarkan data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA), rata-rata rumah tangga di Amerika mengkonsumsi sekitar 10.500 kWh per tahunatau sekitar 30 kWh setiap harinya. Dengan demikian, 1 MWh dapat menyalakan sekitar 300 rumah selama satu hari.
Selain itu, cairan sampah atau air lindi juga dimanfaatkan TPA Benowo untuk dikelola menjadi air bersih. Sementara limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran, yaitu bottom ash dan fly ash akan ditampung di tempat yang telah disediakan dan dalam proses penelitian untuk pemanfaatan kembali.
Keberhasilan dalam mengelola sampah menjadikan Kota Surabaya meraih penghargaan “Smart Environment” dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) sebagai bentuk pengakuan atas komitmen dalam mewujudkan Kota Cerdas Berbasis Lingkungan yang berkelanjutan.
Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia, Meutya Hafid, kepada Plt. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Surabaya, M. Fikser, di Hotel Tentrem, Yogyakarta, pada Selasa, 26 Agustus 2025. Dlam pernyataanya, M. Fikser menjelaskan bahwa penghargaan “Smart Environment” menjadi bukti nyata keseriusan Pemkot Surabaya dalam mengatasi masalah sampah.
Upaya Pemkot Surabaya mengurangi sampah dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui Bank Sampah. Eri Cahyadi, Wali Kota menyebut, keberadaan Bank Sampah akan memperkuat gerakan pengolahan sampah mulai tiap rumah.
Selain itu,Pemkot Surabaya gencar mendorong pusat perbelanjaan (mal) dan restoran untuk memiliki tempat pemilahan sampah mandiri agar beban TPA Benowo menjadi berkurang
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya, Dedik Irianto, menyatakan komitmennya untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA Benowo. Targetnya adalah mengurangi sampah hingga 100 ton per hari pada tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut, DLH Surabaya berencana menambah empat titik Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Saat ini, Surabaya baru memiliki 12 TPS 3R dari total ideal 37 TPS 3R. Penambahan empat TPS 3R diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pengolahan sampah dan mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA. Dedik Irianto juga menyebutkan bahwa peningkatan pemberdayaan masyarakat juga menjadi kunci keberhasilan program ini.
Berdasarkan data DLH Surabaya, saat ini TPA Benowo menerima sekitar 1.099 ton sampah per hari. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, termasuk program pemilahan sampah mandiri di mal dan restoran, diharapkan jumlah tersebut dapat turun menjadi 1.000 ton per hari pada akhir tahun 2025. Ini menunjukkan komitmen serius Pemkot Surabaya dalam menangani masalah sampah di kota tersebut.
PSEL Benowo menjadi salah satu contoh konkret penerapan teknologi Waste to Energy (WtE) di Indonesia, sejalan dengan Perpres No. 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan. Selain mengurangi volume sampah di TPA, fasilitas ini juga menyumbang pasokan energi bersih ke jaringan PLN dan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Pengelolaan TPA Benowo sebelumnya berada di bawah Pemerintah Kota Surabaya, namun kini dioperasikan oleh PT Sumber Organik melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dengan skema Bangun Guna Serah (BGS) hingga tahun 2032.